Kamis, 11 Januari 2018

Self Criticism

Self criticism atau kritik diri adalah suatu metode untuk mengkritik suatu karya/objek milik sendiri dan dikritik oleh diri kita sendiri. Biasanya pada kritik diri ini adalah kita mempunyai perspektif berbeda di dalam otak dan pikiran kita. Biasanya kritik ini akan membuat kita berfikir dalam 2 sudut pandang pribadi yaitu pemikiran positive yang biasanya berisi tentang hal hal yang harus diperbaiki, sedangkan pada pemikiran negative kita biasanya akan berfikir bahwa ada ketakutan yang berujung pada perbaikan dari ketakutan itu.
                Biasanya dalam kritik diri ini memiliki komposisi dari beberapa kegiatan, yaitu :
·         Pengayaan/Penyaringan (Labour of Shifting)
·         Penggabungan (Labour of Combining)
·         Penyusunan (Labour of Constructing)
·         Penghapusan (Labour of Expunging)
·         Pembetulan (Labour of Correcting)
·         Pengujian (Labour of Testing)

Menurut saya, dalam beberapa kegiatan ini, terdapat alur yaitu, penganalisisan dan penyaringan dari hasil perancangan. Lalu digabung menjadi satu apa saja yang menjadi permasalahan. Disusun bagian mana saja yang menjadi awal masalah yang lebih terdahulu di perbaiki sampai yang paling akhir. Dalam kritik ini, pasti ada penghapusan apa saja yang memang menjadi masalah, selain dihapus juga pun ada yang perlu di perbaiki. Setelah semua sudah selesai, lalu hasil itu diuji lagi untuk dicari kembali penganalisisan dan penyaringan masalah lain.

Contoh kritik diri :


Objek : Tugas besar Studio Perancangan 4. (18 Office Park)
Fungsi Bangunan : Kantor Sewa
Oleh : Atika Melvi Shara

Bangunan ini merupakan kantor sewa. Pada proses perancangan, terdapat beberapa kritik yang saya alami. Yaitu:

                Kantor biasanya berbentuk kaku dan terkesan membosankan. Maka dibuatlah kantor sewa dengan bentukan dinamis serta terdapat ruang terbuka di beberapa lantai. Gunanya adalah agar ketika pekerjaan kantor dirasa begitu melelahkan, para pekerja dapat sejenak mengambil udara segar untuk melanjutkan kembali aktifitas mereka. Selain itu bias juga dijadikan sebagai tempat berkumpul ketika jam jam istirahat.


Beberapa hal lagi yang terjadi adalah permainan kaca. Awalnya, ketika membuat perancangan, saya membuat full kaca. Ternyata ada beberapa perasaan bahwa ketakutan akan terkesan membosankan dan terkesan tidak menarik bagi beberapa perusahaan untuk menyewa kantor di kantor sewa yang saya rancang. Maka beberapa bagian kaca saya biarkan menjadi tembok dan saya buat zig zag agar terkesan dinamis.


Ada lagi kritik diri dalam proses perancangan ini, bagian landscape bangunan pada bagian depan. Saya berniat hanya untuk memberikan taman begitu saja. Tanpa berfikir bahwa akan ada akses untuk pejalan kaki ke dalam bangunan. Oleh karena saya berfikir harus ada pedestrian untuk pejalan kaki, maka saya menjadikan bagian landscape depan sebagai akses pedestrian dari pejalan kaki yang dihiasi dengan air mancur dan juga taman bunga.


Sumber :
Atika Melvi Shara, Studio Perancangan Arsitektur 4: Rental Office. 2016